Senin, 06 Juni 2011

Terendap

Terendap



terhempas dalam pilihan kehancuran

ibarat menelan simalakama dalam badan

mau tak mau

uh

melukai. setelah begitu sering terlukai



aku tau rasanya luka

aku tau sakitnya cinta

tapi tolong

tidak dengan ini



merobek robek satu angan nan indah

dari titisan bidadari yang ada di bumi

apa?

apa aku setan?

Terbuang

berakhir dalam malang.

menatap kecepatan lari sepeda para petarung

tour de singkarak sore tadi

ingatkan aku akan waktu

yang juga berlari melesat meninggalkan ku



suing

aku tesungkur dalam guyuran hujan

tak ada tangan terulur

yang menarikku dari titik hancur

mereka hilang

hilang hilang hilang

dan aku terlupa.



berlari.

aku berlari membawa luka hati

buang....



buang...



buang,.,,



aduhhhhhhhhhhhhhhhh............



huahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh



terbuang.. !

Malam

beku

apa kau lihat aku?

melebur dalam gemetarnya tubuh



yayyayaya

papapappapaap

ssaaaassssss

rahhhhhhhhhhhh



leave me alone!

itu lebih rumit dari logaritma

tak ada yang tahu

tak ada yang mengerti

hanya aku

dan foto yang bisu

Jumat, 03 Juni 2011

Ketika Sesal Tiada Arti (edisi Revisi)

KETIKA SESAL TIADA ARTI
ANDRE FEBRA RILMA
Aku bagai seonggok salju yang lelah mencari matahari. Kemanaku cari lindungan saat tubuh menggigil. Kemanakah ku kan lari mencari api yang tlah lama padam. Hanya duduk beku di ruang sunyi. Lamunanku kian berlarut bak alunan puisi sendu.
Senja kian menguap. Berganti malam yang menghitam. Hanya gelap yang tampak dari jendela kaca kamar kos-kosanku. Sesekali pendaran cahaya buram mobil-mobil dinas yang lewat menerawang masuk. Empat tahun sudah aku merantau ke negeri orang. Mengejar cita-citaku sejak kecil. Ya, Aku jadi penghuni salah satu perguruan tinggi terkenal di Indonesia. Orang-orang sering menyebutnya Kampus Ganesha. Masuk dalam keramaian salah satu provinsi dengan penduduk terpadat di Indonesia. Kota kembang merupakan nama lain dari kota tempat aku berjuang saat ini. Untuk memperoleh selembar kertas sebagai syarat untuk bisa diterima bekerja di seluruh perusahaan di Indonesia ini.
Badanku menggigil hebat. Rasanya besok akan terasa begitu berat bagiku. Hanya bagiku mungkin. Karena teman-teman yang seperjuangan denganku justru akan merasakan hal yang berbanding terbalik denganku. Mereka pasti akan tertawa renyah, bersiul-siul dan tersenyum manis menatap lensa kamera. Dandanan yang elegan dan menor pasti akan menghiasi hari esok di audiotorium. Wajar saja hari spesial seperti ini hanya terjadi sekali seumur hidup. Harusnya aku gembira esok hari. Tapi menjelang esok datang seolah membuka kembali lembaran kelamku. Lembaran masa lalu yang akhirnya membuatku merasa teramat sangat sedih saat ini. Malam ini jam terasa berjalan begitu lambat.
Krek.krek..krek. Kukunyah biskuit yang kubeli di swalayan sepulang dari kampus tadi. Sembari menyeruput segelas teh panas. Kucoba menenangkan pikiranku. Menunggu esok kan datang. Tapi tetap saja aku merasakan gelisah. Sesal lebih tepatnya. Teringat kata-kata dosenku beberapa waktu lalu “Penyesalan akan selalu mengikuti seumur hidup, maka berhati-hatilah dalam bersikap”. Ironis , pesan itu membuat dadaku sesak. Pendek, namun begitu berarti buatku. Malahan terasa begitu dekat denganku.
Pagi itu, aku berangkat dengan penuh semangat. Seperti biasa dengan setelan baju wajib anak SMA. Putih abu-abu. Baju putih celana abu-abu,ikat pinggang hitam, sepatu hitam. Agar terkesan sedikit lebih casual, aku memakai baju lampis kaos putih. Biar lebih keren tepatnya. Biasalah kebiasaan anak muda. Selalu ingin tampil keren agar jadi perhatian lawan jenisnya. Tak terkecuali juga aku. Aku yang juga menjabat sebagai ketua kelas merangkap ketua osis pastinya harus menjaga penampilan agar tampil rapi, sopan tetapi tidak culun.
Aku melangkah dengan pasti menuju sekolah tercinta. Setelah memadatkan perut dengan sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat. Pamit dan salaman dengan orangtuaku, Aku menggeber sepeda motorku dengan kecepatan sedang ke arah sekolah. Segarnya udara pagi. Tak hanya sehat, udara pagi yang bersih ini juga membuatku tambah bersemangat untuk menuntut ilmu. Aku sangat menikmati setiap perjalanan menuju ke sekolah. Bagiku ini sangat menyenangkan. Melewati jalanan yang tenang, melintasi persawahan yang hijau. Anak-anak kecil yang mengggemaskan memakai baju seragam putih-merah. Lucu sekali melihat ada yang bajunya kebesaran. Mungkin untuk menghemat biaya oleh orangtuanya. Bajunya dibelikan dua kali lebih besar ukurannya agar bisa dipakai untuk setahun berikutnya. Inilah Indonesia, Sumatera Barat tepatnya. Selalu ada cerita dibalik fenomena-fenomena dari hal sederhana di sekitar kita
Sampailah aku di sekolah kebanggaan masyarakat Kabupaten Agam. SMA NEGERI 2 LUBUK BASUNG. Salah satu dari dua buah sekolah yang dipercayai oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Agam sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Begitu membanggakan mendengarnya. Selama ini yang terpikir olehku sekolah seperti ini hanya ada di Ibukota Provinsi yaitu Padang. Aku merasa beruntung jadi bagian dari sekolah ini dan lebih beruntungnya lagi aku termasuk dalam kelas rintisan tersebut. Kelas dengan kualitas pembelajaran dan standar paling tinggi di sekolahku.
Sekolah berjalan lancar seperti biasanya, matematika, fisika dan bahasa indonesia ku lalui dengan tenang. Alan teman sebangkuku tiba-tiba lari tergopoh-gopoh mengejarku yang sudah sampai di parkiran sekolah.
“Ndre, Pak kepala sekolah memanggilmu. Di tunggu diruang kepsek, ada sesuatu yang penting” ujarnya.
“Oke. Aku kesana sekarang lan. Thanks bro “ jawabku
“Sip “ katanya sembari berlalu keluar gerbang sekolah
Aku bergegas menuju ruangan Kepala Sekolah, Disana beliau sudah menunggu dengan wajah penuh senyum. Senangnya hatiku. Senyum berarti kabar bahagia. Aku jadi tak sabar mendengar berita gembira apa yang akan disampaikan beliau.
“Andre, Bapak punya kabar gembira untukmu. Sekolah kita mendapat formulir PMDK dari ITB. Suatu kesempatan yang sangat berharga jika dibiarkan begitu saja. Bapak telah mendiskusikan hal ini dengan majelis guru, dan kami sepakat kalau formulir itu diserahkan pada siswa terbaik SMA kita yaitu kamu. Bagaimana ndre? “ kata beliau
“Alhamdulilah, saya mau pak. Dari dulu saya memang mengidamkan untuk masuk ITB. Saya tidak akan menyiakan peluang ini. Saya akan bicara langsung dengan orangtua saya pak” jawabku menahan haru.
“Baik. Kamu langsung saja mengurus semua sarat pendaftaran ke bidang kesiswaan ya”
“Baik pak. Terimakasih akan kepercayaan yang telah Bapak berikan kepada saya”
Aku menyampaikan kabar gembira ini di rumah. Semuanya begitu senang mendengarnya. Kedua adik perempuanku Dhita dan Indri. Bangganya aku. Akhirnya bisa juga aku kuliah di kampus impianku sejak masih basalemo dulu. Hari ini begitu indah.
Waktu berlalu. Hingga sampai hari keberangkatanku ke Bandung. Namun malang menimpa. Adikku jatuh sakit dan harus di operasi. Biayanya begitu mahal. Orangtuaku terpaksa memakai uang yang tadinya untuk keberangkatanku ke Bandung dipakai untuk biaya operasi adikku. Entah setan apa yang merasuki, aku marah dan sakit hati atas perlakuan itu. Padahal sebentar lagi perkuliahan akan dimulai. Ayah marah akan sikapku. Aku bertengkar hebat dengannya.
“ Waang yo sabana kurang aja..indak bautak. Kamu benar-benar kurang ajar. Tak punya otak. Adikmu sakit tapi kau malah marah uang itu dipakai untuk biaya pengobatannya. Berangkat sajalah kau dari rumah ini. Kuliah dengan biayamu sendiri. Anakku tidak sekejam kau yang tega membiarkan adiknya menderita. Kelakuanmu tak ubahnya binatang !!”
“Jadih. Kini ko juo den barangkek. Baik hari ini juga aku berangkat. Aku benci kau lelaki tua bangka. Harusnya kau memprioritaskan aku, karena ku anak pertama dan laki-laki pula. Jiak aku berhasil akulah yang akan menopang keluarga ini! Mulai hari ini ayahku tlah mati!! “ sengitku dengan amarah yang meledak-ledak.
Aku memutuskan tetap berangkat ke ITB dengan membawa kemarahan. Ibu sempat memberikanku sedikit ongkos dan jajan seminggu. Aku tak sudi pamit pada ayah. Hatiku sakit. Berangkatlah aku dengan kapal “Ombak Baguluang’” menuju Jakarta. Selama 3 tahun lebih aku kuliah sambil membanting tulang setiap hari. Aku tak sudi minta dana dari ayah. Sesekali ibu mengirimkanku uang dan sambal rendang. Keluargaku memang tidak terlalu kaya.
Hingga pada suatu waktu aku benar-benar kehabisan dana. Untuk meminjam uang pada teman sekamar rasanya aku malu karena terlalu sering. Aku butuh uang untuk membeli labtop untuk menyelesaikan skripsiku. Karena tak ada pilihan lain aku menelfon ibu ke rumah. Dan ibu menyanggupinya untuk meminjam uang di bank untuk membeli labtopku. Aku sudah bilang tak mau uang dari ayah. Seminggu kemudian, uang sudah aku terima dan labtop langsung kubeli.
Skripsiku selesai lebih cepat. Aku ingin segera wisuda dan membuktikan pada ayah bahwa aku bisa tanpa uang darinya. Anak kampung dari cacang tinggi, desa kecil di Sumatera Barat bisa menaklukkan kerasnya Kampus Ganesha. Saat aku menelpon ke kampung untuk mengajak amak jo ayah , ibu dan ayah agar hadir ke acara wisudaku. Ibuku terisak.
“Ayah waang lah maningga buyuang. Lah sabulan ca ko. Ayahmu sudah meninggal nak. Sebulan yang lalu. Gagal ginjal. Terlambat melakukan operasi. Ibu tak bisa mengabarimu karena kamu sedang ujian. Ibu takut mengganggu konsentrasimu. Sebenarnya ibu tidak meminjam uang ke bank untuk membeli labtop untukmu. Itu uang dari ayahmu. Ia bilang ke ibu ia dapat gaji tambahan dari direkturnya. Ibu tidak curiga sedikitpun. Dan keadaanmu juga mendesak saat itu. Makanya segera ibu terima dan ibu kirimkan padamu. Tapi akhirnya ibu tahu uang itu sebenarnya untuk biaya operasi ginjal ayahmu. ayahmu selalu merindukanmu nak. Berulang kali ia berkata hal tersebut pada ibu dan adik-adikmu. Ia rela uang operasinya dipakai untuk kesuksesanmu bahkan tanpa memberitahu kami. Dan akhirnya, ayahmu meninggal karena keterlambatan operasi. Biaya yang menjadi kendalanya nak. Ketahuilah nak ayahmu sangat menyayangimu”.
Kata-kata ibu kembali terngiang di telingaku. Kata-kata itu pulalah yang buatku merasa hampa menghadiri wisuda besok. Ayah tak akan datang. Tak akan pernah datang. Meski ratusan kali aku mengutuki diriku. Senyumannya empat tahun lalu tak akan pernah lagi kulihat. Kata maaf atas kedurhakaanku juga tak akan pernah aku dapatkan. Kelu dan pilu malam yang dingin membungkus kesedihan hatiku. Air mataku meleleh.

ceritaqoe..........(bersambung)

ceritaqoe..........(bersambung) andre ko ha

oleh Andre Shinichi Weasley pada 24 Mei 2010 jam 22:04
kamis,,,,,,,

aku kembali ke habitat. halah,,,,, sok ilmiah gw........ dah terlanjur masuk jurusan bahasa tapi siapa sangka??

bus ini merambat bak kura kura........

aku tetap duduk di tempat favoritku

disudut dekat jendela, walaupun ku tahu dengan sangat,,,,,,,,,,

aku selalu kembung karenanya,,,,,,,,


nasib nasib,,,,,,,,,,,

ah....

mengeluh memmbuatku sedih....

sudah sudah,,,,,,,,,

mama, papa, adek aku datang........


ku baca karya manis GADIS PANTAI.......

namun,,,,,,,,,,,


duar..............

meledak sudah keangkuhan bus ini,,,,,,,

dan kalian tahu kawan???

"aku terjatuh dari kursi" hadowh........

gadis manis itu tertawa,,,, berjilbab putih,,,,,,,,, aw... aw... awa



aku hanya tersenyum sambil meringis.
“ sakik ndak bara doh, tapi malu nan labiah”.
Ku betulkan kembali posisi dudukku. Ku coba kembali berkonsentrasi menyelesaikan membaca “gadis pantai” yang disuruh oleh buk yeni beberapa hari lalu. Tapi sial, gadis pantai yang ku baca kini menjelma didepan mataku. Ya wajah itu. Wajah yang barusan tertawa melihatku.
“untuang cakep, kalau indak lah cayia paja ko dek den mah” gerutuku.

SAAT SEPI

saat sepi
dalam diam aku menepi, mencoba melibas fikiran kalut di hati,,,,,,,,,,

kini ku paham kau ingin sendiri
ku coba menepi

di setiap bulan purnama setengah
berenang dalam ragu
ku tahu, semua dalam layar biru

kini,
ku tatap langit kamar yang angkuh
mereka mengejekku penuh benci
apa kamu lelaki? teriak mereka

dalam kalut aku sepi
dalam sepi aku berlari
i


create by:
andre febra rilma

ANDHITA

ANDHITA

sore itu
dalam gerimis dan udara yang lembap
aku bisa menggenggam tangan halus nan lembut
dingin, sejuk.

suaramu nan tenang, teduhkan hatiku yg berkecamuk
nervous, grogi menahan gejolak hasrat
senyummanmu meyakinkanmu
tuk lepas isi hati ini

selasa. 12 oktober 2010
disaksikan deburan ombak
dan mentari yang memerah
cinta itu bertaut di hati

____ANDHITA...

ANDAI KAU TAHU AKU TERLUKA

MALAM itu aku sedang berbaring melepas lelah. handphone berbunyi nyaring. nada dering chaiya chaiya briptu norman bergema di kamarku. aku liaht listnya. tertuliss "MY LAFF". BURU-BURU aku mengangkatnya. kekasihku menelfon. duh senangnya hatiku. sudah 3 minggu lebih kami tidak bertemu. ini gara-gara mata kuliah sialan yang membuat aku musti latihan terus.
seperti biasanya obrolan kami dimulai dari menanyakan kabar masing-masing. oh tuhan. aku rindu padanya. ingin sekali memeluknya. nyeri dalam hatiku menyesak. andai aku bisa mengatur ulang jadwal kuliah ku.teringat pertama kali kami jadian. saat itu begitu indah. dan susnet yang indah menajdi saksi pertautan cinta kami. ah romantisnya.

omongan kami berlanjut keman-mana. dengan sekali kali banyolan banyoaln segar. namun pada suatu ketika entah setan apa yang berlalu. dia marah-marah gak jelas. aq bingung. dia kenapa? ku coba bertanya-tanya, namun telfon ditutup dengan kasar olehnya. tak terima. aq calling kembali. tak ada jawaban. sms satu-satunya jalanku. dan sms balasannya. "GAK USAH PERHATIAN AJA SEKALIAN"

APA YANG HARUS AKU LAKUKAN? (brsambung)

KACAU...

gelap malam hari sabtu
tulang tulangku mendenyut.
uhh sakit.
silat itu menghajar tubuhku

aku ku ku ku kuu kuu
suara burung hantu bergema
wajah ketakutan tergambar jelas di wajahkuu
tuhan apa yang aku lakukan?

rintih, rintih, rintih
dalam hatiku menangis tersedu..
inikah wajahku sekarang?
tak lebih baik dari teroris bom buku

adakah tempat kembali untukku?

Senin, 14 Februari 2011

balada si musafir cintoo

Aku SANG MUSAFIR. MESKI KESAN ISTILAHNYA KENTAL DENGAN PADANG PASIR KEJADIANNYA TAK BERASAL DARI SITU. aq hanya seorang pemuda mungil yang mengembara menunutut ilmu di negeri orang.  terseok-seok kemajuan tekhnologi, di khianati kemodernan dan berulang kali terlibat hal senewen karena wanita.

Pernah suatu kali, teman sekelas , juara kelasnya malahan. wanita paling "kamek"  dikelasku pastinya, sedang bercerita pada teman sebangkunya bahwa ia mencintai seorang pria yang bermata sipit dikelasku. kebetulan jam istirahat  itu sedang dikelas, sedang menggaruk garuk kepala tepatnya, mencoba mengalihkan rasa laparku yang amat sangat. uang jajanku habis, ku habiskan untuk memuaskan NAFSU.(main P.S ). dasar NAIF,,,,,,,,!. Telingaku yang tajamnya lebih dari pisau silet ini pun menangkap sinyal sinyal aneh dari percakapan dua orang wanita didepanku.

Eureka, dadaku bergemuruh karena aqu lah stu satunya pria sipit di kelas ini. aq sendiri tlah lama suka pada dira.  dan mulailah hal gila itu terjadi. hidupku kian bersemangat, bahkan main PS pun aku tinggalkan.hal yg berharga yang aku tangkap  "ternyata jatuh cinta bisa membuat JAJANku lebih banyak".

tiap hari ku tulis-tulis untaian kata terindah di kertas double folio (maklum bansaik) lalu ku taruh di laci meja dira tiap pagi. tiap pagi aq membersihkan kursi dan mejanya sebelum ia datang.demi hal itu bahkan aqu datang lebih dulu dari penjaga sekolah. ah MADU.. kalimat andrea hirata terngiang di telingaku. lain waktu aqu sering memperhatikan wajah manis dira saat belajar. ku coba untuk melukis indahnya wajah gadis sipit itu di buku bintang oborku. hasinlnya mengejutkan, wajah dira hasil lukisanku jauh lebih seram dari kuntialanak SUZANA.

jatuh cinta cuih..... hal yang tak lumrah bagiku.
Namun madu itu akhirnya menjadi empedu karena pada suatu siang, saat kelas tlah bubar. ku lihat dira sedang bicara dengan sebuah poster di pojok kelas yang jadi penutup dinding yang rusak bekas tendangan siswa brutalyang patah hati karena cintanya ditolak buk indah, guru bahasa indonesia kami. dan karena ulahnya itu dinding yang tak berdosa menjadi korban sedangkan siswa brutal tadi meringkuk di RS M DJAMIL. patah tulang.

"oh my loveely dear, min hoo opa, hanya kau yang aku cintai di kelas ini " lirih dira dengan penuh haru. matanya berkaca-kaca. remuk sudah hatiku mendengarnya. bukan lantaran aq bukanlah pria sipit yang ia pilih namun ternyata wanita cantik, primadona yang selama ini aku puja puja, aqu nyanyikan saat bergitar di belakang rumah karena melarikan diri dari tugas mengepel ternyata sakit saraf " GILO ARTIS KOREA". tak habis aku bersyukur pada allah karena bisa melihat kejadian itu sebelum terlambat.

tak lama kemudian, dira berlalu setelah mencurahkan perasaannya pada lelaki ganteng itu. aku menghampiri poster td. "lee min hoo " nama itu tertulis gagah di poster itu, segagah gambar pria yang sedang tersenyum dengan setelan jas cream taik ayamnya.
"LEE MIN HOO"  akan ku ingat nama itu. ia telah membuat DIRA, cinta pertamaku gila. sejak itu aku menyatakan perang pada korea.


oleh: andre febra rilma
 medio desember 2010

Ketika Sesal Tiada Arti

Salju
Lelah mencari matahari
Ketika salju turun
Pohon hilang daun
Kemana ku cari lindungan
Saat tubuh menggigil dan pintu tertutup
Kemanakah ku kan lari
mencari api
Kemana?
Hanya duduk beku di ruang sunyi
Senja kian menguap. Berganti malam yang menghitam.Hanya gelap yang tampak dari jendela kaca kamar kos-kosanku.sesekali pendaran cahaya buram mobil-mobil dinas yang lewat menerawang masuk. 4 tahun sudah aku merantau ke negeri orang. Mengejar cita-citaku sejak kecil. Ya, Aku jadi penghuni salah satu perguruan tinggi terkenal di indonesia. Orang-orang sering menyebutnya kampus ganesha. Masuk dalam keramaian salah satu provinsi dengan penduduk terpadat di indonesia. Kota kembang merupakan nama lain dari kota tempat aku berjuang saat ini. Untuk memperoleh selembar kertas sebagai syarat untuk bisa diterima bekerja di seluruh perusahaan di indonesia ini.
Badanku menggigil hebat. Rasanya besok akan terasa begitu berat bagiku. Hanya bagiku mungkin. Karena teman-teman yang seprjuangan denganku justru akan merasakan hal yang berbanding terbalik denganku. Mereka pasti akan tertawa renyah, bersiul-siul dan tersenyum manis menatap lensa kamera. Dandanan yang elegan dan menor pasti akan menghiasi hari esok di audiotorium. Wajar saja hari spesial seperti ini hanya terjadi sekali seumur hidup. Harusnya aku gembira esok hari. Tapi menjelang esok datang seolah membuka kembali lembaran kelamku. Lembaran masa lalu yang akhirnya mebuatku merasa teramat sangat sedih saat ini. Malam ini jam terasa berjalan begitu lambat.
Krek.krek..krek. ku kunyah biskuit yang ku beli di swalayan sepulang dari kampus tadi. Sembari menyeruput segelas teh panas. Ku coba menenangkan pikiranku. Menunggu esok kan datang. Tapi tetap saja aku merasakan gelisah. Sesal lebih tepatnya. Teringat kata-kata dosenku beberapa waktu lalu “penyesalan akan selalu mengikuti seumur hidup, maka berhati-hatilah dalam bersikap”. Ironis , pesan itu membuat dadaku sesak. Memang pendek, namun begitu berarti buatku. Malahan terasa begitu dekat denganku.
Pagi itu, aku berangkat dengan penuh semangat. Seperti biasa dengan setelan baju wajib anak SMA. Putih abu-abu. Baju putih celana abu-abu,ikat pinggang hitam, sepatu hitam. Agar terkesan sedikit lebih casual, aku memakai baju lampis kaos putih. Biar lebih keren tepatnya. Biasalah kebiasaan anak muda, selalu ingin tampil keren agar jadi perhatian lawan jenisnya. Tak tekecuali juga aku. Aku yang juga menjabat sebagai ketua kelas merangkap ketua osis pastinya harus menjaga penampilan agar tampil rapi, sopan tetapi tidak culun.
Ku melangkah dengan pasti menuju sekolah tercinta. Setelah memadatkan perut dengan sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat. Pamit dan salaman dengan orangtuaku, aku menggeber sepeda motorku dengan kecepatan sedang ke arah sekolah. Segarnya udara pagi. Tak hanya sehat, udara pagi yang bersih ini juga membuatku tambah bersemangat untuk menuntut ilmu. Aku sangat menikmati setiap perjalanan menuju ke sekolah. Bagiku ini sangat menyenangkan. Melewati jalanan yang tenang, melintasi persawahan yang hijau. Anak-anak kecil yang mengggemaskan memakai baju seragam putih-merah. Lucu sekali melihat ada yang bajunya kebesaran. Mungkin untuk menghemat biaya oleh orangtuanya. Bajunya dibelikan dua kali lebih besar ukurannya agar bisa dipakai untuk setahun berikutnya. Inilah indonesia, sumatera barat tepatnya. Selalu ada cerita dibalik fenomena-fenomena dari hal sederhana di sekitar kita.
Sekolah berjalan lancar seperti biasanya, matematika, fisika dan bahasa indonesia ku lalui dengan tenang. Alan teman sebangkuku tiba-tiba lari tergopoh-gopoh mengejarku yang sudah sampai di parkiran sekolah.
“ndre, pak kepala sekolah memanggilmu. Di tunggu diruang kepsek, ada sesuatu yang penting” ujarnya.
“oke. Aku kesana sekarang lan. Thanks bro “ jawabku
“sip “ katanya sembari berlalu keluar gerbang sekolah
Aku bergegas menuju ruangan kepala sekolah, disana beliau sudah menunggu dengan wajah penuh senyum
“Andre bapak punya kabar gembira untukmu. Sekolah kita mendapat formulir PMDK dari ITB. Suatu kesempatan yang sangat berharga jika dibiarkan begitu saja. Bapak telah mendiskusikan hal ini dengan majelis guru, dan kami sepakat kalau formulir itu diserahkan pada siswa terbaik SMA kita yaitu kamu. Bagaimana ndre? “ kata beliau
“Alhamdulilah, saya mau pak. Dari dulu saya memang mengidamkan untuk masuk ITB. Saya todak akan meyiakan peluang ini. Saya akan bicara langsung dengan orangtua saya pak” jawabku menahan haru.
“Baik. Kamu langsung saja mengurus semua sarat pendaftaran ke bidang kesiswaan ya”
“baik pak”
Aku menyampaikan kabar gembira ini dirumah. Semuanya begitu senang mendengarnya. Kedua adik perempuanku Dhita dan Indri. Bangganya aku. Hari ini begitu indah.
Waktu berlalu. Hingga sampai hari keberangkatanku ke Bandung. Namun malang menimpa. Adik ku jatuh sakit dan harus di operasi. Biayanya begitu mahal.orangtuaku terpaksa memakai uang yang tadinya untuk keberangkatanku ke bandung dipakai untuk biaya operasi adikku. Entah setan apa yang merasuki, aku marah dan sakit hati ats pelakuan itu. Padahal sebentar lagi perkuliahan akan dimulai. Ayah marah akan sikapku kau bertengakar hebat dengannya.
“ Anak kurang ajar. Tak punya otak.adikmu sakit tapi kau malah marah uang itu dipakai untuk biaya pengobatannya. Berangkat sajalah kau dari rumah ini. Kuliah dengan biayamu sendiri. Anakku tidak sekejam kau yang tega membiarkan adiknya menderita. Kelakuanmu tak uvbahnya binatang !!”
“baik aku berangkat, aku benci kau lelaki tua bangka. Harusnya kau memprioritaskan aku, karena ku anak pertama dan laki-laki pula. Jiak aku berhasil akulah yang akan menopang keluarga ini! Mulai hari ini ayahku tlah mati!! “ sengitku
Aku memutuskan tetap berangkat ke ITB dengan membawa kemarahan. Ibu sempat membrikanku sedikit ongkos dan jajan seminggu. Aku tak sudi pamit pada ayah. Hatiku sakit. Berangkatlah aku dengan kapal “ombak baguluang’” menuju Jakarta. Selama 3 tahun lebih aku kuliah sambil mebanting tulang setiap ahri. Aku tak sudi minta dana dari ayah. Sesekali ibu mengirimkanku uang dan sambal rendang. Keluargaku memang tidak terlalu kaya.
Hingga pada suatu waktu aku benar-benar kehabisan dana. Untuk meminjam uang pada teman sekamar rasanya aku malu karena terlalu sering. Aku butuh uang untuk membeli labtop untuk menyelesaikan skripsiku. Karena tak ada Pilihan lain aku menelfon ibu ke rumah. Dan ibu menyanggupinya untuk meminjam uang di bank untuk membeli labtopku.aku sudah bilang tak mau uang dari ayah Esok hari uang sudah aku terima dan labtop langsung ku beli.
Skripsiku selesai lebih cepat. Aku ingin segera wisuda dan mebuktikan pada ayah bahwa aku bisa tanpa uang darinya. Saat aku menelfon ke kampung untuk mengundang ibu dan ayah agar datangke acara wisudaku. Ibu ku menangis.
“Ayahmu sudah meninggal nak. 2 hari yang lalu. Gagal ginjal.terlambat melakukan operasi ibu tak bisa mengabarimu karena kamu sedang ujian. Ibu takut mengganggu konsentrasimu. Sebenarnya ibu tidak meminjam uang ke bank untuk membeli labtop untyukmu. Itu uang dari ayahmu. Ia bilang ke ibu ia dapat gaji tambahan dari direkturnya. Ibi tidak curiga sedikitpun. Dan keadaanmu juga mendesak saat itu. Makanya segera ibuterima dan ibu kirimkan padamu. Tapi akhirnya ibu tahu uang itu sebenarnya untuk biaya operasi ginjal ayahmu. ayahmu selalu merindukanmu nak. Berulang kali ia berkata hal tersebut pada ibu dan adik-adikmu. Ia rela uang operasinya dipakai untuk kesuksesanmu bahkan tanpa memberi kami. Dan akhirnya dua ahri yang lalu ayahmu meninggal karena keterlambatan operasi. Baiay yang menjadi kendalanya nak. Ketahuilah nak ayahmu sangat menyayangimu”
Kata-kata ibu kembali terngiang ditelingaku. Kata-kata itu pulalah yang buatku merasa hampa menghadiri wisuda besok. Ayah tak akan datang.senyumannya empat tahun lalu tak akan pernah lagi ku lihat Kata maaf atas kedurhakaanku juga tak akan pernah aku dapatkan. Kelu dan pilu malam yang dingin membungkus kesedihan hatiku.. Airmataku meleleh tiada henti.
Cacang tinggi,Jumat 10 desember 2010, 23;12
Andre Febra Rilma